Gaya hidup, seperti merokok, rutinitas kerja tak menentu, dan gangguan lainnya yang berhubungan dengan gaya hidup, ternyata dapat menyebabkan infertilitas (kemandulan) pada wanita. Demikian pendapat para pakar ginekologi di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) di New Delhi, India.
"Para wanita saat ini sudah beralih ke gaya hidup yang semakin cepat. Stres memengaruhi siklus haid dan pertumbuhan hormon, yang menyebabkan infertilitas," kata Abha Majumdar, direktur pusat fertilisasi invitro manusia (IVF) dan reproduksi manusia di rumah sakit Sir Ganga Ram.
Pernikahan telat, terutama setelah usia 30 tahun, kata Majumdar, adalah alasan utama pada kasus infertilitas. "Hampir 6-8 persen pasangan saat ini sudah dipengaruhi infertilitas," katanya.
"Infertilitas tidak dianggap sebagai penyakit yang mengancam jiwa," kata Suneeta Mittal, kepala departemen kebidanan lembaga utama dan departemen ginekologi, pada tahun ketiga unit IVF di AIIMS. "Dampak sosial seperti tidak memiliki anak lebih banyak ditemukan di India. Di negara-negara barat, konsep IVF digunakan secara luas."
Teknik yang digunakan dalam IVF melibatkan pembersihan atau memanen sel telur dari tubuh wanita dan memupuknya di laboratorium. Lalu, wanita itu diberikan obat hormon untuk mempersiapkan rahim agar menerima telur yang sudah dibuahi. Kemudian ditempatkan kembali ke dalam rahim.
"Beberapa pasangan memiliki kesalahpahaman yang berhubungan dengan infertilitas. Jadi mereka mencari solusi dari dukun. Intinya setelah kita kembangkan, kita seharusnya berdedikasi dengan unit IVF untuk negara kita, jadi mengapa kita tidak sekalian mempopulerkannya?" Kata Majumdar.
Simposium itu dihadiri lebih dari 100 pakar nasional dan internasional, yang juga membahas teknik terbaru yang berhubungan dengan pencegahan, diagnosis, dan manajemen awal infertilitas, seperti teknologi reproduksi dibantu (ART). Saat ini, lebih dari 1.900 pasangan sudah mendaftar.
Sumber
"Para wanita saat ini sudah beralih ke gaya hidup yang semakin cepat. Stres memengaruhi siklus haid dan pertumbuhan hormon, yang menyebabkan infertilitas," kata Abha Majumdar, direktur pusat fertilisasi invitro manusia (IVF) dan reproduksi manusia di rumah sakit Sir Ganga Ram.
Pernikahan telat, terutama setelah usia 30 tahun, kata Majumdar, adalah alasan utama pada kasus infertilitas. "Hampir 6-8 persen pasangan saat ini sudah dipengaruhi infertilitas," katanya.
"Infertilitas tidak dianggap sebagai penyakit yang mengancam jiwa," kata Suneeta Mittal, kepala departemen kebidanan lembaga utama dan departemen ginekologi, pada tahun ketiga unit IVF di AIIMS. "Dampak sosial seperti tidak memiliki anak lebih banyak ditemukan di India. Di negara-negara barat, konsep IVF digunakan secara luas."
Teknik yang digunakan dalam IVF melibatkan pembersihan atau memanen sel telur dari tubuh wanita dan memupuknya di laboratorium. Lalu, wanita itu diberikan obat hormon untuk mempersiapkan rahim agar menerima telur yang sudah dibuahi. Kemudian ditempatkan kembali ke dalam rahim.
"Beberapa pasangan memiliki kesalahpahaman yang berhubungan dengan infertilitas. Jadi mereka mencari solusi dari dukun. Intinya setelah kita kembangkan, kita seharusnya berdedikasi dengan unit IVF untuk negara kita, jadi mengapa kita tidak sekalian mempopulerkannya?" Kata Majumdar.
Simposium itu dihadiri lebih dari 100 pakar nasional dan internasional, yang juga membahas teknik terbaru yang berhubungan dengan pencegahan, diagnosis, dan manajemen awal infertilitas, seperti teknologi reproduksi dibantu (ART). Saat ini, lebih dari 1.900 pasangan sudah mendaftar.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo Komentarnya jangan lupa...
kalau ada link yang mati laporkan juga disini ya...